SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang
berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku, penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.
Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang lain.
KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata
berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, penanda kategori sintaksis,
dan perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari
satuan sintaksis.
Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah
kata yang secara leksikal mempunyai makna, mempunyai kemungkinan untuk
mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri
sendiri sebagai sebuah satuan. Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata
kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia, dan numeralia. Misalnya mesjid memiliki makna ‘ tempat ibadah orang Islam ’. Sedangkan kata tugas adalah
kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses
morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam peraturan dia tidak
dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata
kategori preposisi dan konjungsi. Misalnya dan tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai tugas sintaksis untuk menggabungkan menambah dua buah konstituen.
Kata-kata
yang termasuk kata penuh mempunyai kebebasan yang mutlak, atau hampir
mutlak sehingga dapat menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan
kata tugas mempunyai kebebasan yang terbatas, selalu terikat dengan
kata yang ada di belakangnya (untuk preposisi), atau yang berada di
depannya (untuk posposisi), dan dengan kata-kata yang dirangkaikannya
(untuk konjungsi).
FRASE
Pengertian Frase
Frase
lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk
frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau
lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat.
Jenis Frase
Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau disebut frase preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif
(komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan
komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina,
ajektifa, atau verba).
Frase Endosentrik
Frase Endosentrik adalah
frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku
sintaksias yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu
komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase ini
disebut juga frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena
salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai
komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang
membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.
Dilihat dari kategori intinya dibedakan adanya frase nominal
(frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina maka frase
ini dapat menggantikan kedudukan kata nominal sebagai pengisi salah
satu fungsi sintaksis), frase verbal (frase endosentrik yang intinya berupa kata verba, maka dapat menggantikan kedudukan kata verbal dalam sintaksis), frase ajektifa (frase edosentrik yang intinya berupa kata ajektiv), frase numeralia (frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral).
Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah
frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih
yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh
konjungsi koordinatif. Frase koordinatif tidak menggunakan konjungsi
secara eksplisit disebut frase parataksis.
Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
Perluasan Frase
Salah
satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat diberi
tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan
ditampilkan.
Dalam bahasa Indonesia perluasan frase tampak sangat produktif. Antara
lain karena pertama, untuk menyatakan konsep-konsep khusus, atau sangat
khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya diterangkan secara
leksikal. Faktor kedua, bahwa pengungkapan konsep kala, modalitas,
aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas tidak dinyatakan dengan afiks
seperti dalam bahasa-bahasa fleksi, melainkan dinyatakan dengan unsur
leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan untuk memberi deskripsi
secara terperinci dalam suatu konsep, terutama untuk konsep nomina.
KLAUSA
Pengertian Klausa
Klausa adalah
satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase,
yang berungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek,
objek, dan keterangan.
Klausa
berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada
fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Frase dan kata juga
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat kalau kepadanya diberi intonasi
final; tetapi hanya sebagai kalimat minor, bukan kalimat mayor;
sedangkan klausa berpotensi menjadi kalimat mayor.
Jenis Klausa
Berdasarkan strukturnya klausa dibedakan klausa bebas
( klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya
mempunyai subjek dan predikat; dan mempunyai potensi menjadi kalimat
mayor) dan klausa terikat (klausa
yang unsurnya tidak lengkap, mungkin hanya subjek saja, objek saja,
atau keterangan saja). Klausa terikat diawali dengan konjungsi
subordinatif dikenal dengan klausa subordinatif atau klausa bawahan, sedangkan klausa lain yang hadir dalam kalimat majemuk disebut klausa atasan atau klausa utama.
Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat di bedakan: klausa verbal (klausa yang predikatnya berkategori verba). Sesuai dengan adanya tipe verba, dikenal adanya (1) klausa transitif (klausa yang predikatnya berupa verba transitif); (2) klausa intransitif (klausa yang predikatnya berupa verba intransitif); (3) klausa refleksif (klausa yang predikatnya berupa verba refleksif); (4) klausa resiprokal (klausa yang predikatnya berupa verba resiprokal. Klausa nominal (klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal). Klausa ajektifal (klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, baik berupa kata maupun frase). Klausa adverbial (klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi). Klausa numeral (klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia).
Perlu dicatat juga istilah klausa berpusat dan klausa tak berpusat.
Klausa berpusat adalah klausa yang subjeknya terikat di dalam
predikatnya, meskipun di tempat lain ada nomina atau frase nomina yang
juga berlaku sebagai subjek.
KALIMAT
Pengertian Kalimat
Dengan
mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan
atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan
kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan
dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata,
frase, dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun
dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan
konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Sehingga
disimpulkan, bahwa yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah
konstituen dasar dan intonasi final, sedangkan konjungsi hanya ada kalau
diperlukan. Intonasi final yang ada yang memberi ciri kalimat ada tiga,
yaitu intonasi deklaratif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan
tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam bahasa tulis dilambangkan
dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis
dilambangkan dengan tanda seru.
Jenis Kalimat
Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti, biasa juga disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif. Misalnya:
FN + FV + FN + FN : Nenek membacakan kakek komik
Ket : FN=Frase Nominal (diisi sebuah kata nominal); FV=Frase Verbal; FA=Frase Ajektifa; FNum=Frase Numeral; FP=Frase Preposisi.
Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat noninti dengan berbagai proses transformasi:
KALIMAT INTI + PROSES TRANSFORMASI = KALIMAT NONINTI
Ket
: Proses Transformasi antara lain transformasi pemasifan, transformasi
pengingkaran, transformasi penanyaan, transformasi pemerintahan,
transformasi pengonversian, transformasi pelepasan, transformasi
penambahan.
Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu klausa. Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdapat lebih dari satu klausa.
Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa dalam kalimat, dibedakan: (1) kalimat majemuk koordinatif/ kalimat majemuk setara
yaitu kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama,
yang setara, atau yang sederajat. Secara eksplisit dihubungkan dengan
konjungsi koordinatif dan biasanya unsur yang sama disenyawakan atau
dirapatkan sehingga disebut kalimat majemuk rapatan. (2) Kalimat majemuk subordinatif
adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak
setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan dan yang
lain disebut klausa bawahan. Kedua klausa itu dihubungkan dengan
konjungsi subordinatif. Proses terbentuknya kalimat ini dapat dilihat
dari dua sudut bertentangan. Pertama, dipandang sebagai hasil proses
menggabungkan dua buah klausa atau lebih, dimana klausa yang satu
dianggap sebagai klausa atasan dan yang lain disebut klausa bawahan.
Pandangan kedua, konstruksi kalimat subordinatif dianggap sebagai hasil
proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya. (3) Kalimat majemuk kompleks
yaitu kalimat majemuk yang terdiri dari tiga klausa atau lebih, dimana
ada yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan
secara subordinatif. Jadi, kalimat ini merupakan campuran dari kalimat
majemuk koordinatif dan subordinatif sehingga disebut juga kalimat majemuk campuran.
Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Kalimat mayor mempunyai klausa lengkap, sekurang-kurangnya ada unsur subjek dan predikat. Sedangkan kalimat minor
klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri subjek saja, predikat
saja, objek saja, atau keterangan saja; konteksnya bisa berupa konteks
kalimat, konteks situasi, atau juga topik pembicaraan.
Kalimat Verbal dan Kalimat non-Verbal
Kalimat verbal adalah
kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya
berupa kata atau frase berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal
adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa
nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Berkenaan dengan banyaknya jenis atau tipe verbal, biasanya dibedakan: (1) kalimat transitif
adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba
yang biasanya diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat
monotrasitif, dan diikuti oleh dua buah objek kalau verba tersebut
bersifat bitransitif. (2) kalimat intransitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitif, yaitu verba yang tidak memiliki objek. (3) kalimat aktif
adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif. Verba aktif biasanya
ditandai dengan prefiks me- atau memper- biasanya dipertentangkan degan
kalimat pasif yang ditandai dengan prefiks di- atau diper- . Ada juga
istilah kalimat aktif anti pasif dan kalimat pasif anti aktif sehubungan
dengan adanya sejumlah verba aktif yang tidak dapat dipasifkan dan
verba pasif yang tidak dapat dijadikan verba aktif (4) kalimat dinamis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis menyatakan tindakan atau gerakan. (5) kalimat statis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis tidak menyatakan tindakan atau kegiatan. (6) kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba.
Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah
kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau dapat
memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks
lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah
kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran yang lengkap,
atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks.
Biasanya kalimat terikat menggunakan salah satu tanda ketergantungan,
seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis.
Dari
pembicaraan mengenai kalimat terikat, dapat disimpulkan bahwa sebuah
kalimat tidak harus mempunyai struktur fungsi secara lengkap.
Kelengkapan sebuah kalimat serta pemahamannya sangat tergantung pada
konteks dan situasinya.